Cerita Rakyat Asal Usul Kehebatan Mebel Jepara

Mcraega – Ketenaran furniture Jepara saat ini sudah mencapai level internasional. Masyarakat dari berbagai penjuru dunia sudah mengenal dan mengetahui kehebatan serta keistimewaan dari mebel ukir buatan Jepara. Mulai dari ukirannya yang khas dan terlihat sangat halus serta jelas, material kayu yang berkualitas tinggi, serta hasil mebel nya yang luar biasa elegan. Produsen kayu ukir mebel Jepara memproduksi berbagai macam produk olahan kayu yang dibuat menjadi barang berharga. Seperti meja makan, meja tamu, meja belajar, lemari baju, kursi, pajangan, patung, dan lain lain. Dikatakan barang berharga karena harga yang ditawarkan pun tidak main main. Meski terbilang cukup mahal, namun harga ini sepadan dengan hasil dan kualitas produk yang didapatkan. Dibalik ketenaran mebel Jepara ini, terdapat sebuah cerita rakyat yang beredar di masyarakat. Cerita rakyat ini diyakini sebagai asal usul awal mula perkembangan kegiatan ukir kayu di Jepara hingga saat ini.

Diceritakan pada zaman Kerajaan Majapahit, Ketika Raja Brawijaya masih memimpin kerajaan, terdapat seorang pengrajin kayu yang juga merupakan seorang pelukis Bernama Prabangkara atau Joko Sungging. Kala itu keberadaan Joko Sungging cukup terkenal karena karya karya nya yang luar biasa. Hingga akhirnya Raja Brawijaya mendengar kehebatan dan keistimewaan seorang Joko Sungging. Suatu hari Raja Brawijaya meminta Joko Sungging untuk membuat sebuah lukisan istri raja yang tanpa mengenakan busana apapun. Namun tentu saja Joko Sungging tidak diizinkan untuk melihat istri raja tanpa busana secara langsung. Ia diharuskan untuk berimajinasi dan membuat hasil yang sempurna.

Joko Sungging pun berhasil membuat karya Lukis sang istri raja dengan bagus, namun sayangnya tepat sebelum Joko Sungging menunjukkan hasil lukisannya, seorang cicak menjatuhkan kotorannya tepat pada lukisan tersebut. Pada awalnya Raja Brawijaya merasa puas dan senang dengan hasil lukisan yang telah dibuat dengan imajinasi Joko Sungging. Namun karena kotoran cicak yang menempel pada lukisan tersebut Nampak seperti tahi lalat, Raja Brawijaya murka dan mengira bahwa Joko Sungging melihat istrinya tanpa busana secara langsung. Ternyata kotoran cicak yang menempel seperti tahi lalat itu sama persis dengan lokasi tahi lalat yang istri raja miliki.

Atas kejadian tersebut, Joko Sungging diasingkan oleh sang raja. Ia diterbangkan Bersama sebuah layangan raksasa dan jatoh di belakang gunung. Gunung tersebut kini Bernama Mulyoharjo di wilayah Jepara. Sejak saat jatuh di sekitar belakang gunung tersebut, Joko Sungging mengajarkan cara melukis dan mengukir pada masyarakat sekitar. Hingga kini ajaran yang mulanya diajarkan oleh Joko Sungging menjadi sangat terkenal dan memiliki nilai yang tinggi.

Kisah cerita rakyat yang diyakini sebagai asal usul ukir kayu Jepara ini menjadi salah satu penguat masyarakat di Jepara mempertahankan kebudayaan dan warisan nenek moyang mereka. Meskipun hanya sebatas ukiran kayu namun hal tersebut bukan lah sesuatu yang mudah untuk dibuat. Oleh karena itu masyarakat Jepara sangat menghargai setiap hasil karya yang mereka miliki. Baik itu berupa mebel perabotan rumah tangga, pajangan atau aksesoris, dan jenis karya lainnya yang dapat mereka buat hanya dengan sebatang kayu dan alat pahat.

Sekarang banyak sekali pemahat furniture dari Jepara yang bisa juga membuat pintu masjid dari kayu.