Pendidikan Pada Masa Romawi dan Yunani Kuno

Mcraega – Pendidikan adalah seluruh usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk membawa perkembangan jasmani dan rohaninya menuju kedewasaan. Rumusan pendidikan tersebut selanjutnya tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa pendidikan Indonesia bertujuan agar manusia Indonesia memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, keluhuran budi pekerti, dan keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Artinya, arah proses pendidikan nasional mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat untuk bertahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Membicarakan masalah pendidikan mencakup bidang yang cukup luas, bahkan dalam mendefinisikan arti pendidikan pun bermacam-macam. Beberapa menafsirkan pendidikan sebagai proses di mana seseorang mengembangkan keterampilan, sikap dan bentuk perilaku lainnya dalam masyarakat di mana ia menemukan dirinya. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang dipilih dan dikendalikan (contoh paling nyata adalah sekolah) sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan yang optimal.

Dari beberapa definisi tersebut, terlihat bahwa pendidikan dipandang dari perspektif yang berbeda. Yang pertama, dari sudut pandang psikologis, dan yang kedua dari sudut pandang sosiologis. Ada banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan makna pendidikan, sehingga definisi pendidikan juga banyak. Namun, jelas bahwa pendidikan adalah proses melatih seseorang dan masyarakat untuk bertahan hidup dengan menjalani kehidupannya.

Aliran-Aliran Dalam Pendidikan

Pengertian pendidikan sangatlah luas, dan setiap orang dengan pandangan tertentu merumuskan pengertian pendidikan secara berbeda dengan rumusan pendidikan yang dirumuskan oleh seorang ahli dengan pandangan yang lain. Begitu juga jika kita secara khusus memperkuat proses pendidikan sebagai proses pembentukan peserta didik sebagai peserta didik. Dalam hal ini, ada beberapa arus dalam pendidikan:

a) Aliran Nativisme

Tokoh sekolah ini adalah Schopenhauer (Jerman: 1788-1860). Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; Ini adalah sifat yang hadir saat lahir yang menentukan hasil perkembangannya. Potensi bawaan atau bawaan inilah yang sepenuhnya mempengaruhi perkembangan anak, yang baik akan menjadi baik dan yang buruk akan menjadi jelek. Menurut nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah fitrah alam, jadi percuma kita mendidik, artinya pendidikan tidak perlu. Dalam pendidikan, ini disebut pesimisme pedagogis.

b) Aliran Empirisme

Tokoh sekolah ini adalah John Locke (Inggris: 1932-1704). Pandangan mazhab ini bertentangan dengan pandangan nativisme, karena berpandangan bahwa perkembangan seorang anak hingga dewasa ditentukan oleh lingkungannya, atau oleh pendidikan dan pengalaman yang telah diterimanya sejak awal kehidupannya. Menurut aliran ini, manusia dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, tanpa potensi apapun. Perkembangan lebih lanjut tergantung pada pengasuhan dan/atau lingkungan. Dalam arti manusia dapat dididik menjadi apa saja (dengan cara yang baik atau sebaliknya), tergantung pada kehendak lingkungan atau pendidiknya. Dalam dunia pendidikan, pandangan kaum empiris ini dikenal dengan istilah optimisme pendidikan. Dalam hal ini, pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam menyediakan lingkungan pendidikan dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman (empiris: pengalaman).

Perkembangan Pendidikan Yunani

Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi ketika manusia ada dan masih ada, pendidikan ada dan masih ada. Padahal, kita dapat melihat bahwa praktik pendidikan dari waktu ke waktu memiliki benang merah. Garis persamaan atau benang merah pendidikan adalah:

a. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
b. Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifar universal.
c. Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki singularitas (pembedaan) terkait dengan cara pandang hidup masing-masing bangsa.

Yunani kuno dibagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Spartan disebut Dorian, sedangkan Athena disebut Ilonia. Kedua negara adalah polis atau negara kota. Sparta dengan rekan senegaranya Lycurgus, sedangkan Athena dengan rekan senegaranya Solon. Di kedua negara tersebut terdapat perbedaan dasar, tujuan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Spartan sangat mementingkan pembentukan semangat patriotik yang kuat dan berani.

Perkembangan Pendidikan Romawi

Pendidikan Romawi tampak lebih sederhana dan lebih sesuai dengan kebutuhan negara daripada pendidikan Yunani. Awalnya negara petani, Roma mengalami dua periode, masing-masing dengan tujuan dan alat pendidikan yang berbeda, yaitu era Romawi kuno dan era Romawi baru.

Sumber:

www.kelaselektronika.com